Sunday 1 September 2019

Saleha, Tabungan dan Sepeda

Sebenarnya tak pernah ada niatan untuk menulis tentang ini, akan tetapi suka dan dukanya mendorong saya untuk membagi pengalaman tentang proses pencarian sepeda untuk Saleha. Sudah sejak tahun lalu, tepatnya di bulan Agustus 2018, Saleha mengutarakan keinginannya untuk memiliki sepeda.. Saya ingat betul saat itu kami sedang berada dalam Bis menuju Manado. Saat berhenti di daerah Amurang, Bis berjalan lambat karena lalu lintas padat merayap.. Saleha melihat keluar jendela dan menunjuk Toko Sepeda di seberang jalan. Ia berkata, "Abah, nanti abah mau beliin Saleha itu ya, bah!" Terlihat sepeda warna warni terpajang di luar toko.
Abah Saleha tersenyum dan mengatakan, "Saleha berdoa ya semoga abah punya uang untuk beli sepeda."
Saleha nampak girang karena telah diberikan harapan. Dia pun langsung mengangkat tangan tanda bahwa ia sedang berdoa.


Hari demi hari berlalu, Saleha seringkali mengutarakan keinginannya untuk memiliki sepeda. Namun karena saat itu saya sedang hamil tua dan berencana melahirkan di rumah orangtua, sehingga pikiran untuk membeli sepeda dalam waktu dekat tidak terlintas sama sekali. Kebutuhan urgen kami adalah persiapan kelahiran adik Saleha di kampung halaman. Kami pun menghibur Saleha dengan memintanya berdoa pada Allah agar diberikan sepeda. Setiap Saleha minta sepeda, kami menyuruhnya berdoa dan terus berdoa. Berdoa meminta sepeda menjadi rutinitas bagi Saleha.
Setiap ada anak naik sepeda, saya melihat mata saleha berbinar tanda bahwa ia menginginkannya. Namun sejak hamil hingga melahirkan, kami sama sekali tidak punya anggaran untuk membelikan Sepeda. Kami selalu meminta saleha untuk bersabar dan menunggu sampai ada rizki untuk membeli Sepeda yang dia inginkan.


Suatu ketika di bulan Oktober, setelah melahirkan anak kedua, adik saya datang ke rumah orangtua kami berencana menemani saya yang habis melahirkan. Dia datang bersama anaknya yang umurnya satu tahun dibawah saleha. Melihat mereka datang saat itu saleha nampak gembira karena sepupunya punya sepeda. Saleha pun punya kesempatan untuk meminjam sepeda milik sepupunya. Namun setelah sebulan mereka pulang dan Saleha pun terlihat sangat sedih karena mau tak mau sepedanya harus ikut pulang ke Tangerang..


Melihat begitu excited nya saleha dengan Sepeda, sampai-sampai kakeknya Saleha punya keinginan untuk membelikan sepeda. Akan tetapi saya mencegahnya karena kami tidak akan lama dan harus pulang ke Sulut setelah melahirkan. Saleha tipikal anak yang tidak berani meminta atau meminjam barang orang lain, kecuali mereka yang memberikannya. Sehingga setiap saleha melihat anak-anak lain bermain sepeda, dia hanya diam menyaksikan dan tak berani meminjam. Seringkali saya berdoa secara khusus agar Allah memudahkan jalan agar Saleha bisa dapat sepeda. Hingga pada akhirnya kami pulang ke Sulut.


Sepulangnya kami dari kampung halaman, harapan Saleha untuk membeli sepeda semakin menguat. Akan tetapi, selalu saja ada prioritas lain sehingga tidak jadi membeli sepeda. Pada bulan Februari lalu kami pergi ke pasar dan melihat celengan berbentuk beruang. Terlintas dalam benak kami untuk menabung agar bisa membeli sepeda. Kami pun membuat komitmen dengan Saleha, kalau celengannya sudah penuh, kita akan beli sepeda. Saleha pun terlihat girang karena diberikan harapan.
Setiap ada uang kembalian di minimarket atau dari pasar, kami memberikan uang tersebut kepada Saleha agar ditabung. Saleha pun senang karena celengannya terisi sedikit demi sedikit. Bahkan kami membuat perjanjian, tidak akan menggunakan uang logam 1000 rupiah karena harus dimasukkan ke dalam celengan. Hari demi hari Saleha selalu mengisi celengan beruangnya. Meskipun sangat lambat, namun tiada hari tanpa mengisi celengan Saleha. Dia bahkan sering memeluk celengannya dan memperlihatkan pada kakek dan neneknya ketika video call. "Nenek, kakek, ini celengan Saleha untuk beli sepeda," ujar Saleha dengan gembira. Seringkali neneknya mengutarakan ingin mengirim uang untuk beli sepeda. Namun kami mencegahnya, dengan maksud agar saleha terbiasa menabung dan melatih diri untuk bersabar.


Saat Idul Fitri Saleha mendapatkan uang dari para kerabat. Setelah mendapatkan uang tersebut, Saleha selalu mengisinya di celengan. Bulan Juli lalu saya pun mengutarakan kepada abah saleha untuk membuka celengannya. Namun karena celengannya belum penuh, abah saleha menundanya. Hingga pada akhir bulan Agustus 2019, celengan beruang Saleha sudah penuh. Kami pun membuka dan menghitungnya. Namun, uang yang terkumpul hanya Rp 330.000,00, sedangkan harga sepeda diatas 500ribu. Saya melirik abah Saleha dengan ekspresi cukup kecewa, tapi tidak memperlihatkannya di depan Saleha. Saleha nampak sangat gembira karena menurutnya kesempatan untuk membeli sepeda sudah di depan mata. Agar Saleha tidak kecewa, kami tetap akan membelikannya sepeda dengan menambahkan dari kantong pribadi.
Beberapa hari kemudian Saleha mendapatkan rizki yang tak terduga. Ia menerima hadiah uang 300ribu dari tetangga dan kerabat lain. Alhamdulillah. Allah memberikan kemudahan dari jalan yang tak disangka-sangka. Uangnya sudah lebih dari cukup untuk membeli Sepeda.


Beberapa hari kemudian kami pun memutuskan untuk jalan-jalan mencari Sepeda. Kami berhenti di sebuah toko di Bintauna. Disana kami melihat orang-orang sedang berkumpul melihat sepeda yang dijual. Ada sebuah sepeda kecil berwarna ungu dengan keranjang di depannya. Mata Saleha langsung berbinar  dan langsung mencobanya. Namun, Sepeda itu hanya satu-satunya yang ada, dan kebetulan sudah ada yang mau mengambilnya sebelum kami. Saleha pun turun dari sepeda tersebut dengan wajah sedih. Namun kami tidak bisa berbuat apa-apa karena orang lain sudah mengambilnya lebih dulu. Dengan wajah sedih, Saleha melihat sepeda yang dibawa keluar dari toko dan siap dibawa pulang oleh orang lain. Saya merangkul Saleha dan meminta Saleha untuk bersabar dan kita akan cari toko lain. Matanya yang sudah berkaca-kaca tiba-tiba berubah menjadi senang. Karena sudah sore, akhirnya kami pulang ke rumah dan melanjutkan pencarian esok harinya.


Keesokan harinya Saleha pergi bersama Abahnya, mencari-cari toko yang menjual sepeda. Namun hari itu lagi-lagi Saleha harus kecewa. Tidak ada sepeda ukuran Saleha, yang ada hanya yang lebih tinggi ukurannya. Saat berada di toko dan melihat-lihat, Abah menaikkan saleha di sepeda yang tinggi tersebut, dan nampaknya Saleha paham kalau sepeda itu tak cocok untuknya. Ia pun meminta turun dan menarik lengan Abah keluar toko.
"Saleha mau yang itu?" tanya Abah.
Saleha menggeleng, "Itu kebesaran, bah."
"Iya, itu besar. Yang kecil sudah habis," jawab Abah.
Saleha punenimpali, "Ada bah, yang kemarin itu pas pulang dari Ilabulo." (Maksudnya adalah toko yang kemarin didatangi sepulang dari membeli Ilabulo)
"Kan teteh lihat sendiri kemarin sepedanya sudah diambil kakak,"
"Lihat lagi bah, siapa tahu ada," Saleha membujuk abahnya.

Akhirnya abahnya mengajak Saleha ke toko yang kemarin, namun masih tidak ada. Abah mengajak saleha berkeliling melihat-lihat toko yang menjual sepeda, namun tidak ada satupun toko yang menjual sepeda untuk ukuran Saleha. Di perjalanan saat berkeliling, Saleha mengantuk dan tertidur sampai pulang ke rumah.
Sampai di rumah ia masih tertidur. Saya bertanya pada Abah Saleha, bagaimana hasil pencariannya? "Ga ada satupun yang jual. Semua ukurannya besar. Kasihan Saleha," jelas Abah Saleha, sambil menceritakan kejadiannya.


Mendengar itu rasanya hati saya sedih sekali. Melihat Saleha menunggu untuk dapat dibelikan sepeda sejak setahun yang lalu. Mengingat dia berdoa setiap waktu agar diberikan Sepeda. Berusaha menabung recehan selama 6 bulan tanpa bosan karena dengan itu lahir harapan dalam benaknya. Namun saat uang itu sudah terkumpul, Sepeda yang diidamkan malah tidak ada. Hatinya pasti sangat sedih dan kecewa.


Abah Saleha selalu memberikan pengertian bahwa Sepeda yang sesuai dengan umur Saleha belum ada. Saleha harus bersabar. Namun Saleha sempat nyeletuk, "Ga apa-apa bah. Yang besar juga ga apa-apa. Nanti didorong aja sampai Saleha besar." Kalimat itu cukup membuat kami iba. Namun, kami tetap memberikan pengertian agar Saleha selalu bersabar. Insya Allah akan ada saatnya dimana Saleha punya sepeda.


Kami tinggal di Kecamatan kecil yang cukup jauh dari Kabupaten/Kota, sehingga toko yang ada tidak bervariasi. Setiap keluar, abah Saleha melihat-lihat apa sudah ada toko yang menjual sepeda ukuran Saleha. Namun, seminggu berlalu dan tidak ada tanda-tanda adanya produk baru yang dipajang di toko.


Beberapa waktu lalu, kakek Saleha secara tiba-tiba mengirim uang untuk Saleha sebesar 250 Ribu Rupiah. "Kakek mau lihat Saleha naik Sepeda nya, nanti fotoin yah", ujar nenek Saleha melalui WA. Kami sangat bersyukur ada tambahan lagi untuk Saleha dan terkumpul hampir 2 kali lipat dari yang dianggarkan. Melihat hal ini kami pun berusaha mencari walaupun di toko yang lebih jauh dari rumah.


Hari Minggu sore kami pun berangkat mencari Sepeda. Kami berhenti di toko Sepatu dan Tas, dan Alhamdulillah ada Sepeda mungil terpajang disana. Sepeda yang sesuai ukuran Saleha. Ada dua warna, warna biru dan ungu dengan Karakter Sailor Moon. Saleha nampak sangat antusias dan menunjuk sepeda warna biru. Dia pun mencoba menaikinya dan sangat cocok dikendarai oleh Saleha. Kami pun bertanya sekali lagi, "Saleha mau yang ini?" Saleha mengangguk cepat. Dan akhirnya pencarian sepeda untuk Saleha berakhir sampai disini. Kami sangat lega dan cukup tak percaya karena membeli Sepeda bukan prioritas kami. Namun, dengan sendirinya rezeki datang khusus untuk Saleha.


Pengalaman ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya khususnya. Bahwa hasil tidak akan mengkhianati proses. Bagaimana Saleha dengan rutinnya mengisi celengan, berdoa, dan berusaha semaksimal mungkin agar keinginannya tercapai. Melatihnya untuk selalu bersabar namun jangan sampai kehilangan harapan. Sehingga setelah mendapatkan sepeda ini rasanya sangat berkesan dan tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. I'm proud of you my little girl.


Satu lagi pelajaran yang saya ambil, ialah jangan pernah membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Orang lain bisa mendapatkan sesuatu itu karena usahanya. Kita hanya melihat dari luar. Dia punya ini, dia punya itu. Sepertinya gampang banget. Tapi sebenarnya kita tak pernah tau, seberapa banyak tenaga yang mereka keluarkan, sedalam apa kesabaran mereka, dan sesering apa mereka berdo'a hingga peluh dan air mata keluar setiap hari dari tubuhnya. Semua terjadi karena proses yang mungkin tak pernah bisa kita bayangkan.


#SelfReminder