Wednesday 23 October 2019

Menahan Jari, Menahan Diri

Pernah ga kamu lagi scrolling IG misalnya, kemudian menemukan foto yang secara tidak langsung mengusikmu? Bawaannya pengen komentar. Kalau sudah komen, lega gitu rasanya. Atau pernah ga kamu melihat seseorang/sesuatu yang secara tidak langsung mengusikmu? Kemudian kamu ingin sekali update status meluapkan kekesalanmu terhadap orang tersebut? Saya rasa hampir semua pernah ya.

Disini saya bukan mau menggurui atau merasa lebih baik dari siapapun. Saya ingin sedikit menganalisa fenomena yang cukup merebak di kalangan millenials seperti kita. Yupp.. Cyber Bullying.. Makin kesini dunia maya mengambil tempat yang cukup besar di kalangan masyarakat luas.. Pengaruhnya sangat kuat hingga bikin baper para penggunanya.. Tidak peduli apakah orang itu kita kenal atau tidak, kalau sudah komen di postingan kita, mau positif atau negatif, langsung baper. Ini faktanya yang sekarang terjadi.

Nah, sekarang pernahkah kita berpikir jika apa yang kita tulis atau kita komentari memberikan dampak yang sangat kuat bagi orang lain? Padahal kita tidak menganggapnya serius. Hanya bertujuan untuk membuat hati menjadi "Lega". Berbahaya ketika kita melontarkan ungkapan negatif, kemudian orang yang menerimanya menganggap serius dan merasa terintimidasi, namun kita tidak menyadarinya.

Makin kesini manusia makin ingin dilihat dan diperhatikan. Merasa difasilitasi oleh media sosial, mereka tak peduli apa dampaknya. Ketika menghina seseorang, mereka pikir itu hal terkeren yang mereka lakukan di dunia maya. Atau menganggap orang-orang di dunia maya sama dengan orang-orang terdekatnya. Misalnya, saya punya sahabat karib yang cuek dan ga peduli apa kata orang. Saya mengejeknya dan menertawakannya. Saya berani karena saya yakin dia tidak akan tersinggung. Ini tidak akan menimbulkan efek apa-apa. Namun ketika kita berpikiran bahwa orang lain di dunia maya sama dengan sahabat kita tadi, maka kita akan menghina dan melontarkan ujaran kebencian kepada semua orang dengan berbagai karakter yang berbeda. Dampaknya pun akan berbeda.

Ada suatu peristiwa yang membuat saya yakin bahwa Cyber Bullying sangat berdampak bagi jiwa kita. Suatu hari seseorang yang saya kenal menerima pesan dari orang lain dengan kata-kata kasar dan celaan yang ditujukan untuknya. Saat menerima pesan itu saya sedang bersamanya. Dia memperlihatkan pesan itu pada saya. Saya menghiburnya dan mengatakan agar dia bersabar dan ga usah dipikirkan. Dia tersenyum dan bercanda tawa kembali seperti biasa. Tak lama kemudian dia pamit pulang. Sesampainya di depan pintu, tiba-tiba dia terduduk lemah dan tak bisa bangun lagi. Dia tersenyum dan mengatakan bahwa tiba-tiba kakinya merasa lumpuh. Dengan wajah tersenyum dia berusaha bangun namun berkali-kali dicoba tetap tak bisa bangun. Lama kelamaan dengan bantuan, dia pun bisa bangun. Kemudian tangisnya pecah. "Tiba-tiba saya teringat pesan tadi. Ketika ingat itu, jantung saya serasa jatuh dari tempatnya, dan tiba-tiba kaki saya lemah. Saya tidak tahu kenapa," ujarnya menjelaskan. Padahal sejak tadi dia tersenyum dan bercanda.

Pesan yang ia terima adalah pesan yang disampaikan secara pribadi, namun dampaknya bisa sampai merasakan kelumpuhan sesaat. Bayangkan saja kalau pesan yang diterima adalah pesan yang dituliskan di ruang obrolan publik, di kolom komentar, di postingan-postingan yang bisa dilihat semua orang. Kira-kira teman-teman bisa membayangkan dampaknya? Itu baru satu kometar/pesan, kalau dua? Tiga? Puluhan? Ratusan?

Yuk, tahan jari, tahan diri. Lebih baik diam. Meskipun ada kalimat yang terlintas di kepala, jangan ucapkan. Jangan tuliskan. Jangan kirimkan. Karena orang lain tidak sama. Kita tidak sama. Dan semua orang tidak sama.

Mari perbanyak senyum dan menghargai kehidupan orang lain sebagaimana kita mengharapkan agar hidup kita dihargai.

---

Catatan Tambahan
19 Maret 2020: Hari ini saya menemukan quote yang bagus. "Ada suhu di sebuah bahasa. Yang mengatakannya mungkin baik-baik saja. Namun yang mendengarnya merasa terbakar." (Temperature of Language)