Tuesday 26 March 2019

Two Days without You

Malam ini ingin sharing sedikit tentang pengalaman saya yang sebenarnya gak penting-penting amat. Tapi cukup oke lah sebagai penghias blog biar kelihatan banyak tulisannya. Karena beberapa waktu lalu sempat hiatus selama setahun dan membuat saya termotivasi untuk menulis apa saja yang penting ada. Sepintas nampaknya lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas ya?? Ya, gapapa. Mudah-mudahan ada hikmahnya. 😅

Jadi ceritanya saya sedang mengalami suatu krisis yang cukup membuat frustasi terutama bagi generasi milenial. Sudah bisa ditebak donk pastinya. Gak akan jauh-jauh dari gadget. 😁 Ya.. Saya sedang mengalami krisis kuota internet. 😆

Saya adalah pengguna setia salah satu provider sejuta umat (sebut saja T*LK*M*S*L 😂). Jadi, beberapa hari lalu saya cek kuota Flash saya tersisa hanya 150 MB. Dan mulai lah saya gelisah, padahal masa aktif paketnya masih seminggu lagi. Dan saya sadari juga karena bulan ini saya terlalu boros akibat sering di tethering dengan Laptop karena urusan pekerjaan, buka Instagram dan nonton video di YouTube (sok nya ibu yang satu ini,, ga mau buka YouTube Go-yang notabene lebih hemat data-dengan alasan pengen nonton sambil baca-baca komentarnya.. Ya Ampun 😑), sehingga mau tak mau sebelum waktunya, kuota udah habis. Mau bilang ke suami untuk beli paket data lagi, malu. Karena dia punya awet banget. Hehehe

Akhirnya saya memutuskan untuk pasrah dan tidak akan melakukan usaha apa-apa untuk menambah kuota. Walaupun sebenarnya seringkali buka MyTelkomsel berharap ada keajaiban bisa dapat 2GB cuma-cuma tanpa perlu ikut program Daily Check-in selama 30 hari itu lho (hehhe, ngarep). Meskipun pasrah, tapi hati gelisah juga. Frustasi dan ingin segera isi ulang pulsa. Ya Ampun, segitunya ya pengaruh gadget bagi saya?? Jujur saja, ini bukan tentang wara-wiri di medsos atau nonton video, tapi semua pekerjaan saya di organisasi semua bergantung pada WhatsApp Messenger, baik WA grup maupun WA pribadi. Sudah tidak ada lagi SMS atau Telepon manual, semua sudah via online.

Akan tetapi, hati kecil saya ingin mencoba merasakan bagaimana menjalani hidup tanpa gadget samasekali. Penasaran juga. Akhirnya sampai habis kuota, saya pun memutuskan untuk tidak mengisinya. Siang dan sore hari pertama saya lalui dengan rasa penasaran. Buka-buka ponsel padahal tidak ada notifikasi apa-apa. Sampai buka-buka ponsel suami, ingin browsing. Cuma masalahnya, ponsel suami ini udah lama banget, Samsung Galaxy Note 2. Jadi, fungsinya pun sangat lambat dan jadul. RAM 2GB, jaringan 3G. Heran, kenapa dia mampu bertahan selama hampir 5 tahun dengan ponsel itu? Tapi, walaupun dia sudah pakai selama itu, body nya masih mulus aja, dibanding Smartphone saya yang baru dipake setahun (duh,, ku ingin mengadopsi sifatnya yang apik ituu 😭). Hanya sampai dua jam, saya sudah menyerah melihat layar ponsel suami yang datar banget isinya. Wallpapernya pun cukup menyebalkan karena dia pasang foto kami berempat, tapi penampakan saya bukan yang terbaik. Ketika disuruh ganti wallpaper dia tak mau karena katanya cuma itu foto yang lengkap berempat 😑.

Menyerah dengan HP suami, saya pun beralih kembali ke HP saya. Karena saya masih punya 300 lebih kuota SMS tersisa, maka saya iseng saja kirim SMS ke beberapa orang. Isi sms nya cukup penting dan saya rasa kalau di WA akan segera dibalas. Tapi ternyata tidak ada satupun yang balas 😂. Wah, pantas saja selama ini yang SMS saya hanya provider, kode verifikasi akun, dan pesan-pesan sejenis "papa minta pulsa". Saya pun mulai menyadari kehadiran SMS ketika tak ada kuota data, karena selama ini kalau ada SMS sering saya skip karena spam.

Akhirnya sore itu saya membereskan rumah karena Sheraz sedang tidur, dan rumah sangat berantakan dengan mainan Saleha. Saya minta Saleha membereskan mainannya dengan mengambil kardus dan menyuruh Saleha melemparkan mainannya ke dalam kardus sambil membelakanginya. Saya memegangi kardus tersebut dan mengikuti arah kemana Saleha melemparkannya. Setiap lemparan yang tepat mengenai kardus, saya berjanji untuk mencium kedua pipi Saleha dan Saleha pun berhak mencium kedua pipi saya. 😍 Ini pertama kali bagi kami melakukan permainan tersebut, dan saya melihat Saleha sangat menikmatinya. ❤ Akhirnya semua beres. Saya lega karena tidak membutuhkan tenaga berlebih untuk membereskan mainan Saleha seperti biasanya.

Kemudian suami mengajak keluar, dan bertanya-tanya kenapa saya tidak bawa HP? Biasanya selalu bawa. Saya jawab saja dengan ringan kalau kuotanya sudah habis. Suami pun pasang wajah heran. Di wajahnya tersirat beragam pertanyaan, "aneh, koq gak gelisah? Koq gak minta belikan pulsa? Koq gak ini? Koq gak itu?" 😁 Saya cuek saja. Dan malam itu rasanya cukup singkat karena jam 9an saya sudah tertidur pulas. Tanpa cek-cek HP sebelum tidur. Dan keesokan harinya bangun pun cepat.

Hari kedua tanpa gadget, seharian saya mengerjakan pekerjaan rumah, bermain bersama anak-anak dan bercengkrama dengan suami. Membersihkan seisi rumah dan melakukan lebih banyak gerakan dibanding biasanya. Membongkar lemari yang berantakan dan menyusunnya kembali dengan rapi. Bahkan mengulangi permainan beres-beres mainan seperti kemarin dengan Saleha di pagi hari. Kemudian sore hari Saleha mulai mengeluarkan lagi mainannya. Setelah ia selesai bermain, saya menyuruhnya membereskan mainan, dan dia melakukannya sendiri dengan cara yang sama. Bedanya, saya tidak memegangi kardusnya. Ketika semua mainan sudah terkumpul semua, Saleha mendatangi saya dan lapor bahwa mainannya sudah dibereskan. Dia minta dicium kedua pipinya. 💗💗💗 Masya Allah, saya terharu karena jujur saja selama ini Saleha selalu tidak mau disuruh bereskan mainan, sehingga saya sering memunguti mainan yang berserakan sambil ngomel-ngomel dan ujung-ujungnya kelelahan sendiri. 😅

Selepas Shalat Maghrib, saya pun bercerita kepada suami kalau saya merasa dua hari ini hidup saya lebih tenang dan nyaman. Pikiran dan fisik lebih fresh seolah tak ada beban. Saya merasa hidup ini adalah dunia yang nyata seutuhnya. Kebersamaan bersama keluarga pun semakin terasa. Hal inilah yang sudah mulai terlupakan. Selama ini saya sibuk memposisikan diri saya sebagai "orang penting" di bidang saya, sehingga merasa bahwa saya harus pantengin terus WA grup, medsos, dll, takut ada informasi yang tertinggal. Saya lupa bahwa saya punya anak-anak yang hatinya masih bersih, yang ingin hatinya diwarnai dengan kasih sayang dan kemesraan dari orangtuanya. Dua hari tanpa internet membuat saya menyadari bahwa saya justru telah melupakan sesuatu yang sangat berharga, yaitu "keberadaan orang terdekat".

Tak beberapa lama HP berdering, dan ternyata Ny. Mimi menelepon, katanya sejak semalam beliau kirim WA ke saya, ada revisi laporan yang harus saya lihat, tapi WA saya gak aktif-aktif. Saya pun tertawa dan mengakui bahwa saya kehabisan kuota. Mengingat pentingnya WA tersebut, saya pun memutuskan untuk membeli kuota lagi. Hehehe. Memang ya, zaman sekarang internet tak terhindarkan. Karena semua pekerjaan sudah serba online dan komunikasi pun sudah lewat internet. Salah juga apabila kita memutuskan untuk tidak memanfaatkannya sama sekali. Akan tetapi, bagaimana cara kita memanfaatkannya, itu yang terpenting.

Mulai sekarang saya pun bertekad untuk lebih bijak menggunakan internet. Menggunakan sesuai kebutuhan, dan banyak-banyak berhemat karena malu juga, suami lebih hemat penggunaannya. Abahnya Saleha memang benar-benar menggunakan gadget sesuai keperluannya. Patut dicontoh caranya membagi waktu antara gadget dan aktifitas lainnya.

Berusaha menghindari hal-hal yang sia-sia, contohnya scrolling timeline gak jelas dan stalking akun orang lain, apalagi sampai update status yang isinya keluhan-keluhan atau bahkan luapan kemarahan (jangan sampai 😷). Mudah-mudahan internet bisa menjadi sarana bagi kita untuk lebih produktif dalam mengembangkan minat dan bakat yang kita punya. Aamiin

Heyyy internet! Ternyata, "Two Days without You" memberikan pelajaran yang luar biasa ya.. Terimakasih banyak atas pengalaman yang berharga ini. 💗💗💗

***

NB: Saat tulisan ini diposting di blog, sudah tengah malam, karena saya cuma punya kuota malam. Karena memang akhir bulan, jadi belinya kuota malam saja.. hehehhe.. Insya Allah akan ada tulisan review saya tentang penggunaan kuota malam. Apakah efektif bagi saya? 😁

No comments:

Post a Comment